Thursday, August 2, 2018

Sederhana Mengenang

“Besok bangunkan aku jam setengah enam pagi. Jam tujuh aku ke rumahmu. Besok kamu pakai kaos, tapi celananya terserah kamu.”
“Mau ngapain? Tumben pagi-pagi.” Tanyaku, membalas pesan singkatnya.
“Udah, ikutin aja. Aku ingin mencoba menjadi laki-laki misterius kayak di Detective Conan.” Jawabnya sekian detik kemudian, lengkap dengan beberapa emoji orang tertawa.

Sedari dulu, aku punya feeling kuat. Peka jika seseorang diam-diam merencanakan sesuatu dan menyembunyikannya dariku, bahkan 90% aku menebak rencana orang itu dengan tepat. Karena itulah, orang-orang terdekatku, maupun kekasihku ini jarang berhasil memberiku kejutan. Karena itu pula, kali ini aku sengaja tidak mengungkapkan tebakanku padanya, agar ia yang sepertinya bersemangat itu tidak menjadi kecewa.

“Nanti malam jangan tidur terlalu larut. Besok kita bangun pagi.” Katanya, sekaligus menutup perpesanan kami malam itu.


Aku sudah siap. Menurut feeling-ku, aku perlu membawa beberapa barang; jaket, charger ponsel, tissue basah, dan hand sanitizer, barang-barang jarang kubawa jika hanya berpergian dalam jarak dekat dan sebentar.

Beberapa saat kemudian, ia datang. Kami berangkat dari rumahku sekitar pukul setengah delapan pagi.

“Hari ini kita mau ke Taman Safari!” Serunya, sebelum mobil kami melaju.

Nah. Feeling-ku lagi-lagi benar. Kali ini 99%. Aku memang menebak bahwa ia akan mengajakku pergi ke tempat wisata, salah satu tebakanku adalah Taman Safari.

“Aku tau, kok!” Sahutku, dengan nada bercanda. Tapi ia bersikukuh.
“Padahal tadi sewaktu aku sampai di rumahmu, aku hampir menyuruhmu bawa jaket. Eh, ternyata kamu udah bawa sendiri,”
“Ya memang, dibilangin, aku udah feeling,” tepisku, yang dibalasnya dengan ekspresi wajah menyebalkan.


“Eh, hari ini tanggal hari jadi kita, lho.” Kataku, saat kami sampai di parkiran area rekreasi Taman Safari.
“Iya memang, makanya aku ajak kamu ke Taman Safari,” jawabnya. Aku senang sekali mendengarnya.

Kami menghabiskan sekitar tujuh jam di Taman Safari. Melihat dan memberi makan binatang, menonton pertunjukan aneka satwa, dan tentunya hal yang tidak akan kami lupakan; makan. Udara di sana sejuk, cenderung dingin (feeling-ku lagi-lagi benar, aku membawa jaket). Pengunjung yang datang hari itu juga tidak terlalu banyak, bahkan cenderung sepi, karena bukan hari libur kerja. Satu-satunya yang meramaikan suasana hanyalah serombongan wisata anak-anak SD yang masih luar biasa aktif.

Hari itu melelahkan, namun menyenangkan. Bagiku, tujuh jam terasa kurang. Aku bukan tipe perempuan menye-menye, tapi jujur, aku ingin menghabiskan waktu bersama lebih lama lagi. Tambahan waktu dua jam untuk makan malam di Sidoarjo serta perjalanan pulang ke rumahku pun rasanya belum cukup.

Tapi, terima kasih, untuk ‘acara misterius’ ini, walau kemisteriusannya tidak cukup berhasil. Terima kasih untuk perayaan enam belas bulannya.
Sesederhana keceriaan yang selalu ia hadirkan setiap waktu, sesederhana itu hari pertama di bulan Agustus ini menjadi hari yang tidak akan pernah luput dari ingatan.
Satu-satunya yang tidak memuaskan bagiku hanya soal dia yang tidak bisa bersamaku—secara fisikhingga esok hari.

Intinya, aku senang! Dan ba ha gi a.







N.B.
Aku mengantuk, tapi aku menyempatkan diri merampungkan tulisan ini. XOXO

Surabaya, 
Rabu, 1 Agustus 2018

No comments:

Post a Comment