Saturday, July 14, 2018

It Wasn't an April Mop!

Enjoy your reading with this music! ☺

---

Sejak beberapa hari lalu, Alvin bersikap menyebalkan. Seringkali tertawa tiba-tiba. Tiap kali aku bertanya, ia hanya menjawab, "besok aja aku kasih tau,", lalu mengalihkan pembicaraan. Yah, aku paham benar, laki-laki yang sudah beberapa bulan dekat denganku ini memang tidak pernah tidak menyebalkan. Tapi kali ini aku benar-benar kesal padanya. Entah apa yang membuatnya bersikap seperti itu.



"Kapan jadian?" Goda salah satu temanku saat berada di toilet, malam hari setelah kami menonton sebuah konser pre-kompetisi paduan suara di suatu gereja. Aku memang tidak datang sendiri malam ini—seperti biasa, bersama Alvin. "Ish, apaan sih!" Sahutku mengelak. Supaya tidak terlihat bahwa aku sedang salah tingkah. Tak lama, aku pamit karena Alvin sudah menunggu. Kami berencana untuk makan malam di McDonald sebelum pulang. 

Langit malam ini tidak terlalu cerah, padahal saat ini bulan April. Rintik hujan membuat kami mempercepat langkah ke parkiran tempat mobilku diparkir. Aku menepi di bawah atap gereja, agar rintik hujan tidak membasahiku. Tapi ternyata, sisa-sisa air hujan masih bisa turun dari atap. 

"Malah kena air kamu di situ," Alvin merengkuh pinggangku menjauhi atap. Aku tidak menjawab. Lebih tepatnya, tidak mampu berkata-kata. Perasaan aneh menjalar di tubuhku. Telah lama aku tidak merasakan perasaan itu. Dan aku menikmatinya. Tiba-tiba saja, aku merasa langitku cerah, tidak hujan, dan berbintang.


Di perjalanan pulang, Alvin lagi-lagi bersikap menyebalkan! Tertawa tidak jelas. Sampai ngambek aku dibuatnya. Tapi, bukan Alvin namanya kalau menanggapi dengan serius. Ia justru terus tertawa tiap kali aku ingin tahu mengapa ia seperti itu sejak kemarin, karena ia tak kunjung memberitahuku.

Untuk menghibur diri, aku menyalakan radio di mobil. Ocehan-ocehan lucu dua orang penyiarnya cukup meredakan perasaan kesalku, walau tidak menghilangkan seluruhnya.

"Vin, kenapa sih kamu?!" Tanyaku sebal. Mobilku mulai memasuki perumahan tempat tinggalku, tapi Alvin tetap bersikap menyebalkan. "Ha? Nggak kenapa-napa kok, hahaha. Ini lho, radionya berisik, matiin aja, ya." Alvin mematikan radio sambil tetap menyetir. Kemudian, ia tertawa kecil.

"Bell, aku suka sama kamu. Mau nggak, jadi pacarku?" Tanyanya cepat sambil tertawa menutupi kegugupannya.

Aku terdiam beberapa detik. 

"Apaan, sih? Bohong ya, kamu? April Mop ini pasti!" Sahutku.
"Loh, beneran ini! Udah kuduga kamu pasti bilang gitu,"
"Nggak, nggak, bohong pasti kamu!"
Alvin tertawa, "gimana wes, biar kamu percaya? Hah?"

Mobilku berhenti di depan rumah, lalu Alvin mematikan mesinnya.

"Gimana, mau, nggak?"
Aku tidak menjawab.
"Nah, udah tahu, kan, kenapa aku dari kemarin kayak gini? Yaudah lah, besok aja jawabnya," Alvin membuka pintu mobil. Aku segera menarik bajunya sebelum ia benar-benar keluar dari mobil. Aku tidak tahu, kekuatan apa yang menggerakkan tubuhku. 

Alvin kembali melihat ke arahku. Aku mengangguk.

Malam ini, bintang-bintang seakan runtuh dari langit dan menghiasi sekitarku.






An Unforgettable April, 2017.

No comments:

Post a Comment