Sunday, May 20, 2018

Teror Bom: Sebuah Pesan Tersembunyi


Hari ini, tepat satu minggu setelah terjadinya suatu kejadian mengejutkan, dan mengerikan bagi sebagian orang di Surabaya. Terjadinya bom bunuh diri di tiga gereja dan Polrestabes Surabaya. Kejadian itu, puncak kesedihan dan ketakutan kami. Kejadian yang menimbulkan trauma bagi beberapa orang. Kejadian yang tanpa sadar mengikis kepercayaan kami terhadap orang lain.
Aku masih mengingat saat-saat itutak lama setelah aku mendengar kabar tersebutaku berusaha memaknai lagu pertama yang dibawakan dalam ibadah remaja; "Hari Minggu Hari yang Mulia". Dan sesaat kemudian kami diminta untuk mengakhiri ibadah dan pulang, demi mencegah hal buruk terjadi.

Gelisah? Tentu!
Takut? Jelas!
Sedih? Ah, sampai remuk hatiku saat mendengar saudara-saudaraku menjadi korban!
Mungkin, pepatah 'segala sesuatu terjadi karena suatu alasan' sulit kami terima saat itu.

Aku bersyukur, selang satu minggu ini, banyak pemulihan terjadi. Kepercayaan mulai tumbuh kembali. Hati mulai terbuka, mata kembali melihat: bahwa kami ini bersama-sama. Video yang kutampilkan ini sungguh merepresentasikan pemulihan itu.

Juga merepresentasikan rencana Tuhan, yang menjadi titik perspektif lain dari semua yang telah terjadi. Perspektif yang menjadi pesan penting Tuhan untuk kami.

Jika tidak seperti ini, kami mungkin akan terus berdiam diri.
Jika tidak seperti ini, kami mungkin akan terus memedulikan diri sendiri.
Jika tidak seperti ini, mana mungkin kami menerapkan kasih?
Mana mungkin kami benar-benar belajar mengampuni, dan mengesampingkan semua kepedihan atas kedamaian yang telah direnggut dari kami?

Ah, Tuhan, aku baru menyadari. Engkau mengizinkan ini terjadi sekaligus mengingatkan kami, bahwa sesungguhnya kami ini benar-benar krisis aksi! Tanpa ini semua, mungkin kami akan terlena, lupa tanggung jawab kami sebagai anak-anak-Mu, yakni mengasihi secara nyata.  

Dan mungkin kami akan lupa, bahwa Tuhan menempatkan kami di sini bukan tanpa alasan. Kasih-Nya, yang terlebih dulu diberikan bagi kita, tidak seharusnya kami simpan seorang diri. Kami seharusnya keluar dari gedung-gedung gereja, untuk menjadi berkat bagi sesama yang berbeda. 


Mencerminkan cinta Tuhan. 

Merepresentasikan Kristus melalui tindakan.







N.B. 
Matius 22:39
"Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

1 Yohanes 3:18
"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran."

1 Yohanes 4:12
"Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita."

1 Yohanes 4:19
"Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita."

Kisah Para Rasul 10:34-36
"Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang."







No comments:

Post a Comment